Resensi, Jendela Literasi

Sabtu, 12 Juli 2025 16:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Resensi Novel Surat Kecil Untuk Tuhan
Iklan

Resensi bukan sekadar kegiatan menilai buku, melainkan merupakan proses literasi aktif yang menggabungkan kemampuan membaca

Pendahuluan

Dalam menghadapi era informasi dan teknologi yang serba cepat, kemampuan literasi masyarakat menjadi semakin penting. Literasi tidak hanya berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup keterampilan memahami, menafsirkan, dan mengevaluasi informasi secara kritis. Sayangnya, budaya membaca di Indonesia masih tergolong rendah, terutama dalam kalangan generasi muda yang lebih tertarik pada konten visual dan instan.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan budaya literasi secara menyenangkan dan edukatif adalah melalui resensi. Kegiatan meresensi buku tidak hanya melatih pemahaman dan kemampuan analisis, tetapi juga mendorong pembaca untuk berpikir kritis serta mengomunikasikan gagasan secara sistematis. Lebih jauh lagi, resensi dapat menjadi jembatan antara penulis, pembaca, dan karya, sekaligus menjadi sarana membangun komunitas literasi yang aktif.

Artikel ini akan membahas bagaimana resensi dapat dimanfaatkan sebagai alat edukatif yang efektif dalam membentuk budaya literasi, serta strategi agar resensi menjadi kegiatan yang menarik bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.


Isi

1. Memahami Resensi sebagai Kegiatan Literasi

Resensi berasal dari bahasa Latin recensere, yang berarti menimbang atau menilai kembali. Secara umum, resensi adalah kegiatan memberikan tanggapan terhadap sebuah karya, baik berupa buku, film, atau karya seni lainnya. Dalam konteks literasi, resensi buku merupakan bentuk penilaian yang mencakup aspek isi, struktur, gaya penulisan, dan relevansi tema.

Melalui resensi, pembaca tidak hanya mengonsumsi informasi secara pasif, tetapi juga diajak untuk mengevaluasi dan memberikan pandangan kritis. Ini menjadikan resensi sebagai salah satu bentuk literasi produktif yang tidak hanya berfokus pada pemahaman, tetapi juga pada penyampaian kembali dengan sudut pandang baru (Dalman, 2015).


2. Resensi sebagai Sarana Edukatif

Resensi dapat dijadikan sarana edukatif dalam berbagai bentuk dan level pendidikan. Di sekolah, guru dapat menjadikan tugas resensi sebagai bagian dari penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, sastra, atau studi sosial. Resensi mendorong siswa untuk membaca buku secara utuh, memahami isi, lalu menuangkannya dalam tulisan.

Beberapa manfaat resensi sebagai alat edukatif antara lain:

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis
    Saat meresensi, pembaca dituntut untuk tidak hanya memahami isi, tetapi juga menyimpulkan, membandingkan, dan mengevaluasi pesan dalam buku tersebut (Tarigan, 2009).

  • Melatih Kemampuan Menulis Argumentatif
    Dalam menulis resensi, siswa belajar menata argumen, menyampaikan opini secara logis, dan menggunakan bahasa yang komunikatif.

  • Mendorong Diskusi Literasi
    Resensi yang dibagikan secara lisan maupun tertulis dapat menjadi bahan diskusi di kelas, forum komunitas, atau media sosial. Ini membuka ruang pertukaran ide dan rekomendasi bacaan yang sehat.


3. Membangun Budaya Literasi Melalui Resensi

Budaya literasi tidak tumbuh hanya dengan membaca, tetapi juga melalui refleksi dan ekspresi. Dalam hal ini, resensi menjadi media reflektif sekaligus komunikatif. Dengan membudayakan kegiatan meresensi, masyarakat akan terbiasa membaca dengan tujuan, serta menjadikan buku sebagai sumber gagasan yang bernilai.

Beberapa cara yang bisa diterapkan untuk menjadikan resensi sebagai penguat budaya literasi:

  • Membentuk Klub Resensi di Sekolah atau Komunitas
    Klub ini bisa menjadi wadah bagi anggota untuk saling bertukar resensi, merekomendasikan buku, serta berdiskusi bersama secara rutin.

  • Mengadakan Lomba Resensi
    Lomba-lomba seperti resensi buku dapat memotivasi pelajar dan mahasiswa untuk menulis serta berbagi bacaan yang mereka sukai.

  • Menerbitkan Buletin atau Blog Literasi
    Tulisan resensi yang berkualitas dapat dimuat di buletin sekolah, blog pribadi, atau media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

  • Mengintegrasikan dalam Kurikulum
    Dengan memasukkan tugas resensi secara rutin ke dalam kurikulum, siswa akan memiliki kebiasaan membaca dan menulis sebagai bagian dari proses belajar.


4. Tantangan dan Solusi dalam Mengembangkan Minat Resensi

Meskipun resensi memiliki banyak manfaat, masih ada tantangan dalam pelaksanaannya. Di antaranya adalah rendahnya minat baca, kesulitan menulis, dan kurangnya pembinaan dalam membuat resensi yang baik. Untuk itu, diperlukan pendekatan strategis, seperti:

  • Memberi Kebebasan Memilih Buku
    Biarkan siswa memilih buku yang mereka sukai, agar proses membaca dan menulis resensi menjadi menyenangkan.

  • Menyediakan Panduan dan Contoh
    Guru atau fasilitator dapat memberikan format atau contoh resensi yang baik sebagai referensi.

  • Mendampingi Proses Penulisan
    Melalui bimbingan bertahap, siswa akan lebih percaya diri dalam menyusun ulasan mereka sendiri.


Kesimpulan

Resensi bukan sekadar kegiatan menilai buku, melainkan merupakan proses literasi aktif yang menggabungkan kemampuan membaca, berpikir kritis, dan menulis. Di era ketika budaya baca mulai bergeser oleh arus digital, resensi bisa menjadi strategi edukatif yang efektif dalam membangun kesadaran literasi sejak dini. Melalui kegiatan resensi yang menyenangkan, terstruktur, dan berkelanjutan, generasi muda dapat tumbuh sebagai individu yang tidak hanya suka membaca, tetapi juga mampu menyampaikan pemikirannya secara mandiri dan bertanggung jawab.


Daftar Pustaka

  1. Dalman. (2015). Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.

  2. Tarigan, H. G. (2009). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

  3. Nurhadi, D., & Senduk, A. G. (2003). Pembelajaran Literasi di Sekolah. Malang: UM Press.

  4. Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  5. Kemendikbud. (2021). Panduan Gerakan Literasi Nasional di Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Anggun Permatasari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Literasi Digital dan Karya Ilmiah Mahasiswa

Sabtu, 12 Juli 2025 16:02 WIB
img-content

Resensi, Jendela Literasi

Sabtu, 12 Juli 2025 16:01 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler